طبيب الطب النبوي Dokter Pengobatan Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

PENELITIAN BEKAM DI JERMAN : Pengaruh Terapi Hijaamah (Bekam Tradisional) Terhadap Pasien Sindrom Terowongan Karpal : Suatu Penelitian Randomized Controlled Trial (RCT). Michalsen A, Bock S, Lüdtke R, dkk. Volume 10, Issue 6, Hal. 601-608 (Juni 2009).

with 7 comments


PENELITIAN BEKAM DI JERMAN : Pengaruh Terapi Hijaamah (Bekam Tradisional) Terhadap Pasien Sindrom Terowongan Karpal

Diterjemahkan oleh dr.Abu Hana untuk https://kaahil.wordpress.com

Sumber : Michalsen A, Bock S, Lüdtke R, et al. Effects of Traditional cupping Therapy in Patients With Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Controlled Trial. Volume 10, Issue 6, Pages 601-608 (June 2009).

Sindrom Terowongan Karpal (CTS = Carpal tunnel syndrome) adalah salah satu kondisi paling umum yang mengenai saraf  tangan dan menyebabkan keluhan sakit/nyeri, mati rasa (baal), keluhan panas seperti terbakar atau rasa kesemutan di tangan dan jari. Artikel berikut ini diambil dari Science Daily menjelaskan sebuah temuan studi yang menunjukkan bagaimana terapi hijaamah (Bekam/cupping therapy) dapat mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh kondisi tersebut.

Carpal Tunnel adalah terowongan kecil yang membentang dari bagian bawah pergelangan sampai ke telapak tangan.Kumpulan Saraf dan tendon yang berfungsi mengontrol sensasi dan gerakan tangan anda melewati terowongan karpal ini. Saraf dan tendon tersebut dilindungi oleh beberapa tulang  serta ligamentum.

Pada kasus CTS, ruang di dalam terowongan karpal tersebut menyusut, mengakibatkan kompresi/penekanan terhadap saraf dan menimbulkan keluhan sakit dan mati rasa.

Rincian penelitian :

Michalsen A, Bock S, Lüdtke R, et al. Effects of Traditional cupping Therapy in Patients With Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Controlled Trial. Volume 10, Issue 6, Pages 601-608 (June 2009).

“ Terapi Bekam Mengurangi keluhan sakit  kasus Sindrom Terowongan Karpal

Sebuah penelitian di Jerman yang diterbitkan dalam The Journal of Pain menunjukkan bahwa teknik penyedotan eksternal yang terutama banyak digunakan di luar AS, (disebut Terapi Bekam/cupping therapy), efektif untuk mengurangi sementara keluhan rasa sakit dari Sindrom Terowongan Karpal (CTS).

Peneliti dari Rumah Sakit Immanuel Berlin membagi secara acak lima puluh dua pasien CTS ke dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan terapi hijaamah/Bekam basah di atas permukaan otot trapezius (musculus trapezius) kemudian diberikan 5-10 tusukan menggunakan lancet steril. Setelah kop bekam diletakkan di atas permukaan kulit lalu dilakukan sebuah vakum parsial menggunakan alat hisap Elektromekanik ataupun manual dengan pompa.

Tehnik Hijaamah ini digunakan sebagai metode pengobatan di Cina, India, Arab, Eropa Tengah dan di beberapa wilayah Afrika. Hijaamah dilakukan pada wilayah “segitiga bahu(shoulder triangle)” merupakan tempat jaringan ikat di daerah bahu-leher. Cara ini diyakini dapat meningkatkan mikrosirkulasi darah sehingga membantu meringankan gejala CTS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien CTS yang mendapatkan terapi hijaamah mengalami penurunan keluhan nyeri dan gejala lainnya yang sangat signifikan. Perawatan tunggal mampu meningkatkan kemampuan fungsional dan kualitas hidup pasien selama seminggu.
Para penulis menjelaskan penyebab didapatkannya efek positif  terapi  tersebut karena tiga kemungkinan :

* Penyedotan darah lokal menyebabkan perbaikan perfusi jaringan serta bertambah baiknya metabolisme sehingga dapat memingkatkan fungsi saraf medianus.
* Hijaamah kemungkinan memiliki efek antinociceptive
* Terapi Hijaamah seoertinya bisa menghasilkan efek plasebo yang kuat.

Pasien sangat nyaman dengan metode pengobatan tersebut. Dalam praktek klinis, terapi hijaamah dapat dilakukan dengan mudah dan berulang kali. Penulis berharap dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai efek dan pengaruh jangka panjang terapi hijaamah untuk mengurangi keluhan rasa sakit CTS.

SUMBER URL :

http://www.healthymuslim.com/articles/npgrt-cupping-therapy-alleviates-carpal-tunnel-syndrome-pain.cfm

* * *

Sindroma Terowongan Karpal

Pendahuluan

Salah satu penyakit yang sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan/ kompresi. Di pergelangan tangan, nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekana yang dapat menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal (STK).

Tahun 1988, Wibowo melakukan studi prospektif pasien STK di Jakarta dan mendapatkan 58 pasien, yang teridri dari 8 laki-laki dan 50 wanita dengan usia terbanyak 46-59 tahun. Wanita yang menderita STK 2-5 kali lebih banyak daripada laki-laki.

Definisi

STK merupakan neuropati tekanan pada saraf medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, disebabkan tekanan mekanis oleh suatu gerakan berulang dan ritmis.

Anatomi

Rongga karpal dibatasi oleh dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal serta ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) yang tebal. Terowongan carpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum, dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan fleksorcarpiradialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal tranversum yang tebal membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi polar. Carpal tunnel berisi ligamentum fleksor digitorum superfisialis dan profundus, flexor pollicis longus, dan n. medianus yang lebih ke radial.

Fisiologi

Persarafan tangan terdiri atas saraf radialis, medianus, dan ulnaris. Dari ketiga saraf ini hanya saraf medianus yang melewati terowongan carpal, sehingga pada STK menimbulkan gangguan fungsi saraf medianus dari terowongan carpal ke distal, walaupun rasa nyerinya dapat dirasakan sampai ke arah proksimal di leher tempat saraf medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris, saraf medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu pada STK.

Patogenesis

Ada beberapa hipotesis mengenai patogenesis dari STK. Sebagian besar berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya STK.

Sebagian besar STK terjadi perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan yang terus-menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitis pada fleksor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/ pagi hari akan berkurangsetelah tangan dikibaskan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikasn oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.

Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.

Etiologi

  1. Trauma langsung ke carpal tunnel yang menyebabkan penekanan, misalnya Colles frakture, edem akibat trauma.
  2. Posisi pergelangan tangan, misalnya fleksi akut saat tidur, imobilisasi pada posisi fleksi dan deviasi ulnar yang cukup besar.
  3. Trauma akibat gerkan fleksi-ekstensi berulang pergelangan tangan dengan kekuatan yang cukup seperti saat mencuci.
  4. Tumor atau benjolan yang menekan carpal tunnel.
  5. Edem akibat inflamasi, kehamilan, atau infeksi
  6. Osteofit sendi carpal akibat proses degenerasi.
  7. Kelainan sistemik seperti : obesitas, DM, tiroid,dll..

Gambaran Klinis

  1. Nyeri di tangan yang biasanya timbul malam/ pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan menggerak-gerakan tangan atau mengurutnya. Nyeri berkurang saat istirahat dan bertambah pada aktivitas yang melibatkan pergelangan tangannya.
  2. Rasa baal, kesemutan, pada jari-jari ke 1,2,3, dan 4 sisi radial.
  3. Kadang nyeri sampai lengan atas dan leher , tapi rasa baal, kesemutan hanya pada distal pergelangan tangan saja.
  4. Jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan edem pada pagi hari dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu.
  5. Gerakan jari kurang terampil.
  6. Otot telapak tangan mengecil.

Diagnosis

  1. Anamnesis
  2. Pemeriksaan fisik berupa : Flick’s sign, thenar wasting, menilai kekuatan otot, wrist extension test, phalen test, torniket test, tinel sign, pressure test, luthy sign, pemeriksaan sensibilitas, pemeriksaan fungsi otonom.
  3. Pemeriksaan radiologis, dengan sinar X pada pergelangan tangan.
  4. Pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui etiologi.

Diagnosis Banding

  1. Cervical radiculopathy, biasanya keluhan berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
  2. Pronator teres sindrom
  3. de Quervain sindrom.

Terapi

  1. Terapi langsung terhadap STK, berupa terapi konservatif dan terapi operatif.
  2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.

Prognosis

Prognosis STK cukup baik, tetapi risiko kambuh masih ada.

Daftar Pustaka

  1. Asnawi dan Margono. 2007. Gambaran Umum tentang Neuropati. In : Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  3. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
  4. Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University Press.
  5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
  7. Tonam, dkk. 2004. Kisi-Kisi Neurologi. Jakarta: BPFKUI.

SUMBER :  http://ackogtg.wordpress.com/2009/03/12/sindroma-terowongan-karpal/

7 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. Assalamu’alaikum.. dok.. gmna dengan pnykt GBS, apa bsa dg bekam /herbal

    Arief Rahman

    August 31, 2011 at 17:43

  2. Assalamu’alaikum
    Telinga sebelah kiri saya berdenging terus, kalau hendak bekam titik apa saja ? Apakah ustadz ada rekomendasi pembekam di Malang ?

    Misbachul Munir

    August 13, 2011 at 11:14

  3. ass.dimana titik unt kanker payudara
    trimakasih

    be

    December 13, 2010 at 11:55

    • pripun dokter

      be

      December 15, 2010 at 10:36

  4. Bismillah

    Berapa kali dibekam u/ penderita CTS sampai normal kembali ?

    Sukron katsir

    @ umumnya bekam 3-5 kali (dengan jarak 1-2 minggu sekali) sudah banyak memberi manfaat yang luar biasa.

    Ummu Raji

    December 1, 2010 at 16:51

  5. di titik mana dilakukan bekam (wet-cupping) untuk penderita CTS ? makasih.

    @ Titiknya : kaahil, bahu kanan dan kiri (alkatifain), punggung telapak tangan, diatas pergelangan tangan bagian atas (jangan pas sendi), dan dekat siku (jangan pas sendi).

    ATI

    June 9, 2010 at 04:51

  6. assalaamu’alaikum..
    afwan. ana ingin bertanya

    Bagaimana tanda suatu orang kekurangan cairan synovial..

    Jika menggerakan persendian (tangan n kaki) suka terdengar suara tulang *krek.krek.. Bgt
    Apakah itu tandanya?

    @ Wa’alaikumussalaam Warohmatullaahi Wabarokaatuh

    Di dalam sendi juga terdapat cairan yang disebut cairan synovial, yang berfungsi sebagai pelumas dan mencegah terjadinya gesekan ujung-ujung tulang tersebut yang dapat menyebabkan terkikisnya tulang tersebut.

    Pada keadaan kekurangan cairan synovial akibat suatu proses degenerasi maka akan terjadi gesekan-gesekan antar tulang rawan tersebut sehingga tulang rawan menjadi terkikis habis, maka akan timbul rasa nyeri. Biasanya nyeri akan dirasakan setelah kondisi sudah kronis dimana kartilago sudah sangat tipis dan ujung tulang keras sudah saling bergesekan. Hal ini tidak mudah diketahui secara dini karena pada kartilago tidak terdapat jaringan saraf, jaringan limfe, dan pembuluh darah sehingga pada awal kerusakan tidak terdeteksi karena tidak adanya rasa nyeri. Nyeri baru akan terasa setelah tulang keras yang memiliki jaringan saraf, limfe dan pembuluh darah bergesekan.

    Untuk lebih pastinya bisa dilakukan beberapa jenis pemeriksaan, selengkapnya di :
    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PerananAnalisis078.pdf/08PerananAnalisis078.html

    akhi andika

    May 27, 2010 at 10:19


Bagaimana menurut Anda?