Posts Tagged ‘syaikh bin baz’
PUASA BAGI YANG SAFAR/BEPERGIAN DENGAN MOBIL/PESAWAT : Mana yang lebih utama, berbuka atau terus berpuasa?
Apa yang lebih utama bagi musafir, berbuka atau terus berpuasa? Terutama pada safar(bepergian) yang tak ada kepenatan, seperti dalam pesawat atau alat-alat transportasi modern lainnya?
Jawaban Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah
Yang afdhal bagi orang berpuasa adalah berbuka saat bepergian, bagaimana pun keadaannya. Tetapi orang yang tetap berpuasa maka tidak ada dosa baginya, karena rasulullah pernah melakukan ini dan itu, demikian pula para sahabatnya.
Tetapi, jika panas sangat menyengat, dan kecapaian semakin meningkat, maka berbuka di saat ini sangat diharuskan.
Adapun alasan kenapa berpuasa bagi seorang musafir sangat dimakruhkan (dibenci), yaitu karena rasulullah pernah melihat seorang lelaki dalam safar yang sangat kecapaian dan tetap berpuasa, beliau berkata kepadanya,
((لَيْسَ مِنَ الْبِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ))
“Bukan termasuk kebaikan, jika tetap berpuasa saat bepergian.”
Juga karena sabda beliau yang berbunyi, Read the rest of this entry »
FATWA ULAMA “WAHABI SAUDI” & ULAMA “SALAFY YAMAN” TENTANG OSAMA BIN LADEN (Pimpinan Al-Qaedah, Gerakan Terorisme – Khawarij International)
FATWA AL ALLAMAH AL IMAM ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ RAHIMAHULLAH, MUFTI AGUNG KERAJAAN SAUDI ARABIA YANG LALU
TENTANG USAMAH BIN LADEN
FATWA PERTAMA:
Beliau berkata:
Sementara apa yang dilakukan pada masa kini oleh Muhammad Al Misari dan Sa’d Al Faqih serta yang serupa dengan keduanya dari aktivitas penyebaran seruan-seruan yang rusak dan sesat, maka hal itu tanpa diragukan lagi merupakan suatu bahaya yang besar dan mereka semua itu dalah penyeru-penyeru kejahatan dan pengrusakan yang besar.
Maka wajib (kepada seluruh umat) untuk waspada dari apa apa yang telah mereka sebarkan dan dengan segera memusnahkannya serta tidak bekerja sama dengan mereka dalam kegiatan apapun yang menyeru pada kerusakan,kejelekan,kebatilan dan fitnah. Karena Allah Azza wa jalla memerintahkan untuk berta’awun (bekerja sama) di atas kebajikan dan ketaqwaan. Bukan diatas kerusakan, kejahatan,dan penyebaran kedustaan, serta penyebaran seruan-seruan kebatilan yang bias menyebabkan perpecahan serta ketidak-stabilan keamanan atau yang lainnya.
Selebaran-selebaran tersebut yang telah disebarkan oleh Al Faqih dan Al Misari atau selain keduanya dari kalangan penyeru kebatilan dan kejahatan serta perpecahan, wajib untuk segera dimusnahkan dan tidak memberikan perhatian kepadanyasedikitpun sebagaimana wajib pula untuk membrikan nasehat dan pengarahan kepada mereka untuk kembali kepada Al-Haq,serta memperingatkan meraka dari kebatilan tersebut dan tidak boleh bagi seorangpun bertaawun dengan mereka dalam perkara kejelekan ini serta hendaknya mereka kembali kepada kebenarandan meninggalkan jauh-jauh kebatilan tersebut. Read the rest of this entry »
KENAPA ISTIGHOTSAH KEPADA ORANG YANG SUDAH MATI ITU DILARANG?: Bantahan Buku Meniti Kesempurnaan Iman karya Habib Munzir Al-Musawa
BANTAHAN TERHADAP BUKU MENITI KESEMPURNAAN IMAN
KARYA HABIB MUNZIR AL-MUSAWA (BAG I: ISTIGHOTSAH)
Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman
Pendahuluan
Buku ‘Meniti Kesempurnaan Iman’ yang ditulis Habib Munzir al-Musawa adalah tulisan sanggahan terhadap karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz berjudul ‘Benteng Tauhid’. Banyak permasalahan tauhid yang dikritik oleh Habib Munzir terhadap buku Syaikh Bin Baz tersebut, namun sebenarnya kebenaran adalah apa yang disampaikan Syaikh Bin Baz rahimahullah. Silakan disimak penjelasan berikut ini yang akan menjabarkan kesalahan-kesalahan Habib Munzir dalam bukunya tersebut. Pada bagian ini yang disoroti adalah tentang istighotsah.
Istighotsah adalah permintaan tolong kepada sesuatu untuk suatu hal yang sangat mendesak. Syaikh Bin Baz menjelaskan manhaj Ahlussunnah sebagaimana yang dipahami para Sahabat Nabi, bahwa istighotsah tidak diperbolehkan ditujukan kepada orang-orang yang sudah meninggal.
Perbedaan Orang yang Hidup dengan Orang yang Mati
Habib Munzir menyanggah pendapat Syaikh Bin Baz yang menyatakan tidak boleh berdoa atau beristighotsah kepada orang yang sudah meninggal. Habib Munzir berpendapat bahwa tidak ada bedanya antara orang yang hidup maupun yang mati.
Habib Munzir menyatakan (pada halaman 4-5): Read the rest of this entry »