طبيب الطب النبوي Dokter Pengobatan Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

Cara Bersiwak (bagian 4_dari 5 tulisan)

with 13 comments


Penulis: Abul Abbas Khadhir Al-Limbory

Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan berkata: “Menggosokkan (bersiwak) diatas gusi dan gigi, dimulai dari sebelah kanan menuju sebelah kiri, siwak dipegang dengan tangan kiri.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhy: 1.30).

Bersiwak dengan Tangan Kanan atau dengan Tangan Kiri?

Bersiwak boleh dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, karena perkaranya ada keluasaan, karena anjuran bersiwak dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri tidak ada dalil yang ditekankannya untuk bersiwak dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri. Dan sungguh telah berpendapat sebagian ulama bahwa disunnahkan bersiwak dengan tangan kiri karena (tujuannya) untuk kebersihan, dan sebagian ulama yang lain berpendapat sunnah bersiwak dengan tangan kanan karena dia adalah ibadah. Sesangkan menurut mazhab Malikiyah ada perincian: Apabila seseorang bersiwak karena tujuannya untuk kebersihan maka bersiwak dengan tangan kiri, dan apabila seseorang bersiwak karena (tujuan) ibadah, seperti bersiwak setiap akan shalat maka bersiwak dengan kanannya. Dan ini adalah rincian yang bagus. Dan yang paling utama adalah boleh menggunakan kedua-duanya.” (Tamamul Minnah: 1/60).

Sebagian dari kalangan mazhab Hanabilah berpendapat bahwa bersiwak dengan tangan kanan, mereka berdalil dengan hadits Aisyah –radhiyallahu anha- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- senang dengan mendahulukan yang kanan ketika menyisir rambutnya, ketika mengenakan sandal, bersuci, dan bersiwak” (HR. Abu Dawud no. 4140), namun dzahir dari hadits tersebut adalah Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- ketika mau bersiwak beliau memulai dengan yang kanan, dan tanpa ada keterangan bahwa beliau –shalallahu ‘alaihi wa sallam- memegang siwak dengan tangan kanan, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata: “ bersiwak (dengan menggunakan tangan kanan atau tangan kiri) perkaranya ada keluasan karena tidak adanya nash yang jelas.” (Syarhul Mumti’: 1/111).

Menggunakan Siwak apakah dengan Memanjang ataukah dengan Melintang?

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- menerangkan tata cara menggunakan siwak apakah dengan memanjang ataukah melintang, beliau berkata: “Cara penggunaannya kembali kepada apa yang dituntut oleh keadaan, jika keadaan menuntut bersiwak dengan memanjang maka dilakukan dengan memanjang, apabila keadaan menuntut bersiwak dengan melintang maka dilakukan dengan melintang, karena tidak ada sunnah yang jelas dalam perkara ini.” (Al-Mumti’: 1/110).

Bersungguh-sungguh ketika Bersiwak!

Abu Musa Al-Asy’ary –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Aku pernah mendatangi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ketika itu beliau sedang bersiwak dengan siwak yang masih segar (basah). Ujung siwak diatas lisan (lidah) beliau dan beliau berkata: ‘Agh, ‘agh. sedangkan siwak didalam mulut beliau” (HR. Bukhari, no. 244 dan Muslim, no.591).

Dari hadits tersebut dapat diambil faedah, diantaranya:

√ Asy-Syaikh Al-Albani –rahimahullah- berkata: “Seyogyanya seseorang bersungguh-sungguh ketika bersiwak (membersihkan) mulutnya” (At-Ta’liqat Ar-Radhiyah: 1/168).

√ Siwak adalah alat untuk membersihkan gigi dan mulut. Siwak juga dapat membersihkan lidah.” (Fathul Bary: 1/422-423)

Dua Orang Menggunakan Satu Siwak?

Dari Aisyah –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata: “Masuk Abdurrahman bin Abu Bakar, dan dia membawa siwak sambil menggosokan giginya dengan siwak tersebut. Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- melihat kepadanya, aku mengambil siwak tersebut dari Abdurrahman, kemudian aku patahkan ujungnya lalu aku mengikisnya (memperbaikinya dengan gigiku) kemudian aku berikan kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka dia pun bersiwak dengannya dan beliau dalam keadaan bersandar didadaku.” (HR. Bukhari, no. 890).

Dari Aisyah –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata: “Nabiullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersiwak, lalu diberikan kepadaku siwak tersebut untuk memncucinya. Maka aku menggunakannya untuk bersiwak, kemudian (setelah aku gunakan) aku mencucinya, kemudian aku menyerahkannya kepada beliau.” (HR. Abu Dawud, no.52).

Faedah dari dua hadits diatas, diantaranya:

§ Bolehnya seseorang bersiwak dengan siwak orang lain (apabila pemilik siwak ridha), dan sebelum digunakan sebaiknya siwak dicuci, apabila tidak dimungkinkan untuk dicuci maka cukup diperbaiki.

§ Bolehnya bersiwak dihadapan orang lain. (Lihat Ihkamul Ahkam, Juz 1 Kitab Thaharah Bab Siwak, hal. 57-58).

Hikmah Bersiwak

Menurut pandangan Ulama

Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhaly berkata: “Saat ini alat-alat modern berupa sikat dan pasta gigi atau semisalnya memiliki fungsi yang sama dengan tangkai kayu arak, hanya saja tangkai kayu arak merupakan siwak yang terbaik disebabkan banyak rahasia kemanfaatan yang dikandungnya juga keistimewaan yang tidak didapatkan pada selainnya. Diantara kekhususannya: Ia dapat membunuh bakteri-bakteri yang ada pada mulut yang menyebabkan banyak macam penyakit yang berhubungan dengan dengan mulut dan gigi. Juga padanya ada garam yodium, bahan pewangi yang enak, gula, dan komposisi lainnya yang hanya didapatkan pada kayu arak tidak pada alat pembersih dan penyegar mulut dan gigi lainnya.” (Bagaimana Seorang Muslim Mengenal Agamanya, hal. 309).

Apakah Boleh Bagi Sesesorang Menggosok Giginya atau Memersihkan Mulutnya dengan Selain Siwak?

Seseorang boleh membersihkan mulutnya (menggosok giginya) dengan selain siwak, akan tetapi yang paling afdhal yaitu dengan menggunakan siwak. (Tamamul Minnah: 1/60).

Menurut pandangan Ilmu Pengetahuan

Siwak dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut dan mencegah parasit (Entamoeba Gingivalis dan trichomonas) yang merupakan sebab munculnya bau tidak sedap pada mulut. Parasit ini habitat (tempat hidupnya) di rongga mulut tepatnya pada gigi yang berlubang. jika mulut dan gigi kebersihannya terjaga maka parasit ini tidak dapat survive (mati). Parasit ini cara pencegahannya adalah dengan menjaga hygiene (kebersihan mulut). Maka disini berlakulah perkataan orang-orang “Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati”. Wallahu a’lam wa ahkam, Wabillahit-taufiq.

http://darussalaf.org/stories.php?id=899

Written by أبو هـنـاء ألفردان |dr.Abu Hana

October 22, 2008 at 08:56

13 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. setelah nyoba bersiwak. asyik n enak juga kok…..

    dhidik

    November 6, 2012 at 17:46

  2. izin copas ya, syukron

    ridwan

    August 1, 2012 at 13:41

  3. ALhamdulillah ketemu artikelnya..
    Jazaakumullah ahsanal jazaa’

    izin copas ya?
    sy tetap mencantumkan sumbernya terima kasih.

    fita

    January 9, 2012 at 19:05

  4. assalamu’alaikum….
    saya mau tentana siwak,
    dimana bisa membelinya ada ngga di supermarket atau belinya di mana?…mohon penjelasannya…

    Fauzul Hidayat

    June 17, 2011 at 21:26

    • coba antum tanya ke toko2 yg menjual barng2 impor dari timur
      mungkin ada

      Eka Rahmiati

      September 5, 2011 at 10:03

  5. assalamu’alaikum….
    saya mau bertanya ; dimanakah mendapatkan kayu siwak di toko apa……?mohon penjelasannya

    Fauzul Hidayat

    June 17, 2011 at 21:05

  6. Assalamu alaikum
    Setelah kuhayati akan arti bersiwak..
    Sungguh mulia org yg mengikuti sunnah nabi itu.

    gini… Ssdraq yg ingin sy tanyakan.. Ttg saat ni bhw dri 99% umat allah diindonesia ini membersihkan gigi dgn cra yg skrg ini dgn menggunakan pasta gigi atau sikat gigi..
    Jadi bgemana dgn adanya siwak yg dulu udah asing bagi sdra2 kita skrg ini..

    ima

    May 20, 2011 at 06:03

  7. Asl.Wr.Wb., akhi
    bagaimana memilih kayu siwak yang baik dipasaran . dimana mendapatkan siwak yg terjamin,, dan merek apa yg terjamin akhi ..?

    @ Wa’alaikumussalaam Warohmatullaahi wabarokaatuh.
    yang terbaik : kayu siwaknya masih segar/basah, diameter besar antara 1-2 cm, tidak banyak serabut yang lepas ketika digunakan untuk bersiwak, rasanya juga khas.

    boris kaido

    May 4, 2011 at 23:21

  8. Bagaimanakah hendak memilih siwak yg baik sewaktu untuk membelinya ?

    Mohdisab

    February 23, 2011 at 13:52

  9. bagaimana hendak memilah siwak yang baik apabila hendak membeli ?

    modisab

    February 23, 2011 at 13:51

  10. ass…siwak yg berbentuk kayu itu sangat pendek bgm dpt menjangkau hingga ke belakang…blhkah menggunakan siwak setelah membersihkan gigi dengan sikat gigi modern..krn sy blm prnh menggunakan siwak jd msh berasa aneh..apakah hasilnya akan sama?

    @ Umumnya siwak yang dijual dipasaran memiliki panjang 10-15 cm. Dengan ukuran tersebut sudah cukup untuk menjangkau bagian belakang gigi. Caranya : kupas ujung kulit siwak sekitar 2 cm, lalu gigit-gigit agar terbentuk serabut sehingga “seperti sikat”, gosokkan pada gigi anda.
    Rasanya lebih bersih dan kesat.. yang jelas barokah karena mencontoh sunnah Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam..

    syarifah

    July 16, 2010 at 05:55

  11. Assalamu’alaikum..
    saya mau bertanya tentang tekhnis bersiwak ini…
    bagaimana caranya???
    apakah sama seperti menggosok gigi dengan sikat gigi??? padahal kan siwak itu kan berbentuk sebatang kayu.. tentunya daya jangkau ke stiap sela-sela gigi tak akan sama seperti daya jangkau sikat yang bisa sampai kesela2 gigi.. dan tentu saja tingkat kebersihan gigi yang di peroleh nantinya akan berbeda pula klo seperti itu.. atau apakah ujung kayu siwak itu harus di dihancurkan sampai seperti ujung sikat juga, supaya nantinya bisa membersihkan sampai ke sela-sela gigi juga…
    mohon penjelasannya.. karena saya awam soal ini dan baru mau menggunakan siwak tapi belum tahu ilmu tentang tekhnis dan manfaatnya..
    terima kasih…

    @ Wa’alaikumussalaam warohmatullaahi wabarokaatuh.
    mohon maaf baru bisa balas sekarang, caranya sebagai berikut :
    1. Potong ujung kayu siwak yang akan digunakan (beberapa mili saja) agar lebih bersih
    2. kupas kulit kayu siwak (bagian ujungnya sekitar 1-2 cm)
    3. gigit ujung kayu yang sudah dikupas tadi agar serat-serat kayu memisah sehingga terbentuk seperti bulu sikat
    4. Gosokkanlah seperti menggosok gigi ke bagian gigi yang bisa terjangkau (arah menggosok bisa disesuaikan keinginan karena anatomi kayu yang memanjang)

    Baarokallaahu fiikum.

    apikudin

    May 11, 2010 at 06:33

  12. apakah seteleh bersiwak boleh tidak berkumur.
    dan selama ini orang kurang mengerti tentang bersiwak.mohon penjelasannya?

    Boleh saudaraku, karena Bersiwak juga dituntunkan ketika akan berwudhu, dan sudah diketahui bahwa ketika wudhu maka kita juga berkumur-kumur..

    Samahatusy Syaikh Ibnu Baz –rahimahullah- berkata: “Bersiwak akan menjadi sunnah muakkad pada beberapa tempat: Ketika akan berwudhu, Ketika hendak akan shalat, ketika masuk rumah, ketika bangun dari tidur, ketika terjadi perubahan bau mulut dari bau yang tidak sedap atau karena telah kotor.” (Syarh Riyadhus Shalihin: 3/264).

    Silahkan baca kembali artikelnya disini..

    Baarokallaahu fiikum..

    sukirno

    May 4, 2009 at 15:43


Bagaimana menurut Anda?