طبيب الطب النبوي Dokter Pengobatan Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

Hukum Merayakan “LEBARAN KETUPAT”

with 5 comments


Di antara perkara yang diada-adakan (bid’ah) pada bulan Syawwal adalah bid’ah hari raya Al Abrar (orang-orang baik) (atau dikenal dengan hari raya Ketupat.pent.), yaitu hari kedelapan Syawwal.

Setelah orang-orang menyelesaikan puasa bulan Ramadhan dan mereka berbuka pada hari pertama bulan Syawwal -yaitu hari raya (iedul) fitri- mereka mulai berpuasa enam hari pertama dari bulan Syawwal dan pada hari kedelapan mereka membuat hari raya yang mereka namakan iedul abrar (biasanya dikenal dengan hari raya Ketupat. Pent )

Syaikhul Islam lbnu Taimiyah –Rahimahullah- berkata: “adapun membuat musim tertentu selain musim yang disyariatkan seperti sebagian malam bulan Rabi’ul Awwal yang disebut malam maulid, atau sebagian malam bulan Rajab, tanggal 18 Dzulhijjah, Jum’at pertama bulan Rajab, atau tanggal 8 Syawwal yang orang-orang jahil menamakannya dengan hari raya Al Abrar ( hari raya Ketupat) ; maka itu semua adalah bid’ah yang tidak disunnahkan dan tidak dilakukan oleh para salaf. Wallahu Subhanahu wata’ala a’1am.

Peringatan hari raya ini biasanya dilakukan di salah satu masjid yang terkenal, para wanitapun berikhtilat (bercampur) dengan laki-laki, mereka bersalam-salaman dan mengucapkan lafadz-lafadz jahiliyyah tatkala berjabatan tangan, kemudian mereka pergi ke tempat dibuatnya sebagian makanan khusus untuk perayaan itu. (lihat : As Sunan wal mubtadi’at al muta’alliqah bil adzkar wassholawat karya Muhammad bin Abdis Salam As Syaqiriy hal. 166)

(Kitab Al Bida’ Al Hauliyyah karya : Abdullah bin Abdul Aziz At tuwaijiry. Cet. I Darul Fadhilah Riyadh, Hal. 350. Penterjemah : Muhammad Ar Rifa’i)

Hari kedelapan dari syawwal ini orang umum menamakannya sebagai Iedul Abrar (hari raya orang yang baik) yaitu orang-orang yang telah puasa enam hari syawwal. Namun hal ini adalah bid’ah. Maka hari ke delapan ini bukanlah sebagai hari raya, bukan untuk orang baik (abrar) dan bukan pula bagi orang jahat (Fujjar).

Sesungguhnya ucapan mereka (yaitu iedul abrar) mengandung konskwensi bahwa orang yang tidak puasa enam hari dari syawwal maka bukan termasuk orang baik, demikian ini adalah keliru. Karena orang yang telah menunaikan kewajibannya maka dia, tanpa diragukan adalah orang yang baik walaupun tentunya sebagian orang kebaikannya ada yang lebih sempurna dari yang lain.

(Syarhul Mumti’ Karya As Syaikh Ibnu Utsaimin jilid 6 bab shaum Tathawwu’)

Sumber :

http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=413

Judul Asli : BID’AH HARI RAYA KETUPAT (Hari Raya Al Abrar)  Penulis: Abdullah bin Abdul Aziz At tuwaijiry.

Written by أبو هـنـاء ألفردان |dr.Abu Hana

September 26, 2009 at 05:25

5 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. Pesan saya bagi para remaja dan pemuda, Belajarlah ilmu agama Islam dengan Kyai atau Ulama. Jangan sama buku atau teman kuliah. Buku banyak yang menyesatkan. Apalagi kalau buku itu karangan dari Golongan Islam garis keras yang suka memusuhi muslim lain, bahkan mengkafirkan muslim lain. Padahal orang yang mengkafirkan seseorang, sedangkan orang tersebut ternyata muslim, maka tuduhan tersebut akan berbalik.

    Jadilah muslim yang arif bijaksana dan mempunyai mata batin yang tajam. Toleran terhadap perbedaan Furu’iyah. Tidak mencela amalan muslim lain. Jika umat islam terpecah belah, cuma sibuk memperdebatkan hal-hal furu’iyah, maka kita akan ditertawakan oleh negara barat yang mayoritas nonmuslim.

    Saif

    June 26, 2012 at 22:41

  2. Terus terang saya kurang suka terhadap orang-orang yang kerjanya cuma menjelek-jelekkan amalan muslim yang lain, seolah-olah tahu segalanya. Biasanya orang tersebut ilmu agamanya tanggung, alias baru belajar setelah dewasa. Hafal satu dua hadits, langsung mengatakan ini bid’ah, itu bid’ah. ini kafir, itu kafir. Lebih baik anda posting sesuatu yg lebih berguna, misalnya cara baca Al-Qur’an yg benar atau cara shalat yang betul, Itu kan tidak memcah belah ummat.

    apalah artinya istiah “lebaran ketupat”. Itu kan cuma nama kegiatan makan bersama, mempererat tali silaturrahmi. nggak usah dipermasalahkan, dibesar-besarkan. itukan tradisi suatu daerah. Nggak ada yg bilang itu ajaran Nabi SAW kok. anda saja yg su’udzon. santai saja.

    orang mau makan ketupat aja kok dikatakan bid’ah. Jangan terlalu jahat sesama muslim, pake nuduh bid’ah segala. Seolah olah anda itu tau segalanya. Jangan seperti Air beriak tanda tak dalam. Wali songo saja santai kok, soalnya ilmunya sudah dalam dan lebih arif bijak dalam menyikapi suatu hal. coba anda renungkan anda sama wali songo, mana yang lebih ma’rifat?

    Saif

    June 26, 2012 at 22:31

  3. […] Hukum Merayakan “LEBARAN KETUPAT” Posted on 27 Agustus 2010 by tomygnt […]

  4. Bismillah.
    o..ana pikir cuma di Jatim aja yg ngerayain lebaran ketupat??
    kaifa haluk akh?

    @ Alhamdulillah bikhoir, alamat blog antum dimana akhi?

    Abu Rofiif Ihsan

    September 29, 2009 at 19:32

  5. Bismillah
    Afwan nih ana sedang menunggu-nunggu artikel yang membahas makna IEDUL FITHRI yang sebenarnya, bilakah ada ustadz yang berkenan menulisnya..?
    karena masyarakat awam banyak memahaminya sebagai kemenangan dari jihad melawan hawa nafsu selama romadhon yang menjadikan mereka merasa kembali “fitri”..alias suci tanpa dosa bagaikan bayi yang baru lahir padahal amalan dibulan romadhon mereka banyak dihiasi dg kebid’ahan spt: malam nisyfu sya’ban, peringatan nuzulul qur’an, dsb….dan selepas sholat iedul fitri maka kebanyakan mereka bermaksiat ria dg melakukan bersalam-salaman yg terkadang disertai cipika-cipiki bukan saja muda-mudinya bahkan orang tua tak mau ketinggalan…yang telah bertunangan asyik berduaan tanpa ada yg berani menegur mereka dg alasan “segera” akan menikah…sementara yang yang masih memelihara “hobi” mata keranjangnya, menjadi kesempatan untuk memuaskan nafsu syahwat mata dan hati mereka yang dikendalikan syaithon laknatullohi alaih…
    Yaa Robby…betapa hambaMU ini begitu bergelimang dosa…entah kapan akan bertaubat…??

    Akhukum fillah

    @ Secara ringkas sudah ditulis oleh Al-Ustadz Qomar, ZA, Lc. disini atau disini

    Definisi Id (Hari Raya)

    Ibnu A’rabi mengatakan: “Id dinamakan demikian karena setiap tahun terulang dengan kebahagiaan yang baru.” (Al-Lisan hal. 5)
    Ibnu Taimiyyah berkata: “Id adalah sebutan untuk sesuatu yang selalu terulang berupa perkumpulan yang bersifat massal, baik tahunan, mingguan atau bulanan.” (dinukil dari Fathul Majid hal. 289 tahqiq Al-Furayyan)
    Ied dalam Islam adalah Idul Fitri, Idul Adha dan Hari Jum’at.
    عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيْهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
    Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah datang ke Madinah dalam keadaan orang-orang Madinah mempunyai 2 hari (raya) yang mereka bermain-main padanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apa (yang kalian lakukan) dengan 2 hari itu?” Mereka menjawab: “Kami bermain-main padanya waktu kami masih jahiliyyah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 1004, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

    Baarokallaahu fiikum

    abuwildaN aljakarty

    September 27, 2009 at 10:49


Bagaimana menurut Anda?