طبيب الطب النبوي Dokter Pengobatan Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

HUKUM ZIARAH TAHUNAN MENURUT ISLAM & HUKUM MEMINTA KEPADA PENGHUNI KUBUR/MAKAM PARA WALI : “Saya minta kepadanya karena dia lebih dekat kepada Allah daripada saya, supaya dia menolong saya dalam urusan-urusan ini..”

with 16 comments


Hukum Meminta kepada Orang yang Dikubur

Orang yang datang ke kuburan seorang Nabi atau orang yang shalih, atau dia berkeyakinan bahwa tempat itu adalah kuburan seorang Nabi atau orang yang shalih padahal bukan, dan meminta kepadanya atau meminta pertolongannya, maka dalam hal ini ada beberapa keadaan.

Di antaranya, meminta sesuatu kepadanya, misalnya minta untuk menghilangkan sakitnya atau sakit binatangnya, atau melunasi hutangnya, atau membalaskan dendamnya terhadap musuhnya, atau menyehatkan keluarganya, binatangnya dan sebagainya, yang sebenarnya tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah, dan semuanya ini adalah kemusyrikan yang jelas, pelakunya wajib untuk bertaubat, dan kalau tidak mau bertaubat maka dibunuh (dalam hal ini penguasa muslim yang melakukannya).

Syubhat Orang Musyrik dan Bantahannya

Kalau dia mengatakan, “Saya minta kepadanya karena dia lebih dekat kepada Allah daripada saya, supaya dia menolong saya dalam urusan-urusan ini. Saya menjadikannya perantara kepada Allah sebagaimana seseorang mendekat (dalam rangka minta bantuan) kepada raja dengan perantaraan orang-orang penting dan pembantu-pembantunya.”

Maka kita katakan, “Ini termasuk perbuatan kaum musyrikin dan orang-orang Nashrani, karena mereka juga menganggap bahwa ‘ulama mereka dan pendeta-pendeta yang mereka jadikan penolong-penolong dan perantara kepada Tuhan untuk memintakan pertolongan mengenai urusan dan permintaan mereka, itu lebih dekat kepada Tuhan. Demikianlah Allah memberitakan tentang kaum musyrikin yang mengatakan,

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar:3)

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لاَ يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلاَ يَعْقِلُونَ. قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Bahkan mereka mengambil pemberi syafa`at (penolong) selain Allah. Katakanlah, ‘Dan apakah (kalian mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun dan tidak berakal?’. Katakanlah, ‘Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kalian dikembalikan’.” [Az-Zumar:43-44]

مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ شَفِيعٍ أَفَلاَ تَتَذَكَّرُونَ

“Tidak ada bagi kalian selain daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa`at. Maka apakah kalian tidak memperhatikan?” [As-Sajdah:4]

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” [Al-Baqarah:255]

Allah Ta’ala menjelaskan perbedaan antara Dia dan makhluk-Nya. Yaitu bahwasanya kebiasaan manusia adalah meminta pertolongan orang besar (seperti raja atau presiden) dengan perantaraan orang yang dekat atau yang dihormati oleh orang besar tersebut. Perantara itu minta kepada orang besar tersebut lalu dipenuhi keperluannya karena harapan, atau ketakutan, atau segan dan malu, atau karena kecintaan, atau karena alasan yang lain. Sedangkan Allah Yang Maha Suci, tidak ada yang dapat menolong di hadapan-Nya kecuali setelah mendapat izin-Nya, sehingga penolong yang telah diberi izin itu pun tidak melakukan selain yang dikehendaki-Nya, dan pertolongan itu pun atas izin-Nya, karena seluruh urusan ada di Tangan-Nya.

Allah tidak boleh disamakan dengan makhluk-Nya. Di mana makhluk itu (yaitu seperti raja) butuh kepada orang-orang (para pembantunya) untuk memberitahukan/mentazkiyah orang/rakyat yang datang minta bantuan kepadanya. Karena memang raja tersebut tidak mampu mengetahui keadaan semua rakyatnya. Adapun Allah, maka Dia adalah Dzat Yang Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, tidak butuh kepada seorang pun untuk memberitahukannya. Maka hendaklah seseorang langsung berdo’a kepada Allah tanpa melalui perantara.

Sungguh kesyirikan yang besar apabila seseorang menjadikan perantara antara dirinya dan Allah dalam beribadah/berdo’a kepada-Nya, apakah perantara itu malaikat, nabi, orang shalih atau yang lainnya yang telah meninggal dunia. Seperti datang ke kuburan dan mengatakan kepada orang yang dikubur tersebut, “Ya Syaikh atau Ya Fulan, tolong mintakan kepada Allah agar memberi saya rizki, kesembuhan, naik jabatan dan lain-lainya.”

Hal ini dikatakan syirik karena dia telah berdo’a (meminta) kepada selain Allah yang tidak mampu mengabulkannya kecuali Allah; dan menyamakan Allah dengan makhluk-Nya.
Allah membantah orang-orang musyrikin yang menjadikan berhala-berhala yang mereka sembah sebagai perantara atau penolong/pemberi syafa’at untuk mereka di sisi-Nya, dengan firman-Nya,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاَءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لاَ يَعْلَمُ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي الأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah’. Katakanlah, ‘Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu).” [Yuunus:18]
Dan firman-Nya,

أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” [Az-Zumar:3]
Wallaahu A’lam. Diringkas dari Ziyaaratul Qubuur, karya Ibnu Taimiyyah dengan beberapa tambahan.


Ziarah Kubur antara Syar’i dan Bid’ah

Hukum Berziarah Tahunan yang Terbatas (Waktu dan Tempatnya) ke Sebagian Kuburan
Bukan hanya musik, nyanyian ataupun minuman keras yang digandrungi oleh sebagian kaum muslimin. Akan tetapi mereka pun gandrung kepada yang namanya bid’ah bahkan kesyirikan -dan tentunya semuanya ini adalah kemunkaran yang harus diingkari dan dihilangkan-. Di antara kebid’ahan ataupun kesyirikan yang mereka gandrungi adalah berziarah ke kuburan-kuburan tanpa mengindahkan syarat-syaratnya.
Di antara mereka ada yang bersungguh-sungguh menyengaja mengadakan tour (perjalanan) ke kuburan tertentu bahkan dengan bangga dipasang pengumuman di masjid-masjid “Ikuti Ziarah Kubur ke Syaikh Fulan, dengan biaya perjalanan sekian”. Yang datang ke sana pun macam-macam tujuannya, ada yang ingin cari berkah dari kuburan tersebut (ngalap berkah), cari rizki, cari jodoh, cari ketenaran atau ada juga yang hanya sekedar bermaksiat dengan lawan jenisnya. Suatu perbuatan yang melanggar syari’at, membuang-buang waktu dan harta belaka. Innaa lillaah wa innaa ilaihi raaji’uun.
Sesungguhnya ziarah-ziarah seperti ini apakah tahunan, bulanan ataupun yang sifatnya tertentu dan terbatas (waktu dan tempatnya) ke sebagian kuburan, di mana terjadi padanya berbagai kemunkaran seperti ikhtilath, tarian, ratap tangis dan yang lainnya dari berbagai jenis kemunkaran, tidaklah dibenarkan oleh syari’at sedikit pun, bahkan hal ini termasuk perbuatan yang diada-adakan dalam agama (baca: bid’ah), dan peribadatan yang jelek yang Allah tidak menurunkan sedikit pun keterangan akan hal ini.
Adalah wajib bagi orang-orang yang bertanggung jawab (dari kalangan penguasa) semoga Allah memantapkan kita dan mereka di atas Al-Haq- dan ‘ulama semoga Allah memberikan taufiq kepada kita dan mereka- agar merubah kemunkaran yang jelek seperti ini yang mengajak kepada penghancuran ‘aqidah islamiyyah dari hati-hati kaum muslimin yang laki-laki maupun perempuannya dengan adanya do’a mereka, penyembelihan, nadzar mereka untuk selain Allah dan praktek-praktek kesyirikan yang lainnya, dan juga akan mengajak kepada penghancuran akhlaq islamiyyah yang kuat.
Perbuatan ini dikatakan bid’ah karena mereka mengkhususkan waktu, tempat dan kuburan (tertentu) tanpa dalil syar’i. Dan sungguh terkumpul padanya sebagian kemunkaran-kemunkaran dan kesyirikan-kesyirikan, wal ‘iyaadzu billaah.

Macam-macam Ziarah Kubur
Kemudian ketahuilah semoga Allah memberikan taufiq kepadaku dan kepada kalian- bahwasanya ziarah kubur terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Ziarah Syar’i
Yaitu ziarah yang telah disyari’atkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya tiga syarat:

1). Tidak sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kepadanya
Dalilnya adalah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَشُدُّوا الرِّحَالَ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِيْ هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Janganlah kalian bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha.” (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan Muslim dalam kitab Al-Hajj 2/976 nomor khusus 415 dan ini lafazhnya, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy no.1132 dan Muslim no.1397 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh penafian)
Kita disyari’atkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk mengadakan perjalanan ke tiga masjid ini karena adanya keutamaan di sana yaitu dilipatkan pahala shalat di tiga masjid tersebut. Seperti shalat di Masjidil Haram maka pahalanya sama dengan 100.000 kali shalat di masjid yang lain selain Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha.
Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.
2). Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji
Dalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

“(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kalian.” (HR. Muslim no.977)
Diriwayatkan juga oleh An-Nasa`iy dengan sanad shahih dalam kitab Al-Janaa`iz bab (100) 4/89 dengan lafazh,

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يَزُوْرَ فَلْيَزُرْ وَلاَ تَقُوْلُوْا هُجْرًا

“… (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan mengatakan perkataan yang keji.”
Maka perhatikanlah semoga Allah merahmatimu, bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari perkataan yang keji dan bathil ketika ziarah kubur, dan ucapan yang mana yang lebih keji dan lebih bathil daripada ucapan seseorang yang berdo’a (meminta) kepada selain Allah dari orang-orang yang telah mati, beristighatsah (meminta pertolongan ketika dalam kesulitan) kepada mereka ataupun ucapan-ucapan syirik lainnya?
Maka tentunya ini, demi Allah, benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling puncaknya, akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan,

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Ayat ini terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an yaitu, Al-A’raaf:187, Yuusuf:21, 40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba`:28, 36, Al-Mu`min:57, dan Al-Jaatsiyah:26.
Dan sungguh benar Allah ketika berfirman,

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلاَّ وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” [Yuusuf:106]
3). Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang mengkhususkan
Seperti mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak ada dalil yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan pada hari-hari tertentu.

2. Ziarah Bid’ah
Yaitu ziarah yang tidak terpenuhi padanya satu syarat dari syarat-syarat yang telah disebutkan, apalagi lebih dari satu syarat. Misalnya datang dari jauh-jauh untuk ziarah ke kuburan, atau beribadah kepada Allah di sekitar kuburan dengan anggapan dan perasaan mereka bahwa hal ini lebih mengkhusyu’kan dalam beribadah. Atau mengkhususkan hari-hari tertentu. Semuanya ini adalah perbuatan bid’ah.

3. Ziarah Syirik
Yaitu ziarah di mana pelakunya terjerumus pada salah satu jenis dari jenis-jenis kesyirikan seperti berdo’a (meminta) kepada selain Allah, atau menyembelih untuk mereka, atau bernadzar untuk mereka, atau beristighatsah kepada mereka, atau meminta perlindungan kepada mereka, atau meminta anak, meminta pertolongan, hujan, kesembuhan atau untuk mengalahkan musuh dan menghilangkan kemudharatan/bahaya serta mendatangkan kemanfaatan dan yang lainnya dari jenis-jenis kesyirikan. (Lihat Majmuu’ Fataawaa Syaikhil Islaam Ibni Taimiyyah 1/165-166)
Disadur dari Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid hal.192-194.

Sumber :  Bulletin Al-Wala’ Wal Bara’  Edisi ke-31 Tahun ke-3 / 01 Juli 2005 M / 23 Jumadil Ula 1426 H

16 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. Lakum diinukum waliyadien…

    wallaahu ‘a’lam bish showab

    ee

    February 3, 2013 at 06:16

  2. assalam mualaikum wr wb..
    ane mo nanya,, bpk ane kan udah meninggal dunia, teruz klo ane ziarah kekuburan bpk ane lalu membaca tahlil agar dosa bpk ane di ampuni oleh allah swt itu hukumnya apa ya ?? Sebelumnya trm ksh

    adinambi

    June 21, 2012 at 04:27

  3. 4 macam yg harus di pelajari dalam islam :
    1. al-qur’an
    2. hadits
    3. ijma
    4. qiyas

    noval

    April 25, 2012 at 11:52

  4. hahaha. aneh aneh. ketika manusia hidup didunia harus berpegang teguh pada 2 hal AL QURAN DAN AL HADIST, pertanyaannya seberapa kita memahami keduanya, sedangkan kita hanya baru bisa membacanya saja belum memahami, mungkin kita bisa hafal karena rahmat dari Allah, tapi kita tak paham apa yang terkandung didalamnya, maka kita butuh guru yang memiliki garis keguruan yang jelas. bukan dari guru yang hanya pandai dari buku saja.

    kanh

    April 9, 2012 at 20:01

  5. sebelumnya saya minta maaf pada akhiy
    Pendapat saya bid’ah adalah sesuatu yg tidak ada pada zaman rasullullah tp diadakan pada zaman sekarang.tp perlu digaris bawahi adalah yg langsung berkenaan dengan masalah amaliyah dalam ajaran islam.
    mengenai ziarah kubur, itu kadangkala ada pengaruh budaya didalamnya,contoh di pulau jawa kebanyakan kuburan yg diyakini sebagai kuburan wali itu dibuat sedemikian rupa dengan adanya bangunan untuk pelaku penziarah. klo diaceh sangat jarang kita temukan keburan para ulama besar diaceh yang sebagai serambi mekah dibuat adanya bangunan untuk pelaku penziarah.apa lg untuk melakukan ritual sampai larut malam didalm kuburan itu tdk ditemukan di aceh.jd perlu kita amati dan kita pahami ziarah kubur itu apakah ada pencampuran antara budaya dan ajaran islam?
    Setiap ibadah yg kita lakukan lebih baik didasari oleh pengetahuan yg kuat agar tidak salah langkah.klo memang sudah didasari dengan dalil yg kuat dan dpt dipertanggungjwbkan kebenarannya maka lakukanlah ibadah tersebut dengan keyakinan hak hannya milik allah.yg penting kita harus menghindar dari taglit buta.ato hannya pendapat para kiyai yg mana sudah masuk pada katagori tabiin – tabiin dan tabiin.

    aaa

    February 14, 2012 at 22:02

  6. Assalamualaikum,Wr.Wb.
    Persilisihan pendapat ditingkat amaliyah itu udah sangat wajar,yg penting kita tidak boleh ada persilisihan pendapat ditinggkat Tauhid krn itu adalah pondasi dasar dlm agama yang kita cintai,
    Rasullullah pernah bersabda persilisihan dalam umatku adalah sebuah rahmat.letak rahmat tersebut adalah kita akan selalu belomba-lomba untuk mencari kebenaran dan terus mempelajari ajaran islam sedalam mungkin.tentunya apapun yg kita pelajari tidak terlepas dari 2 dalil penting baik itu dalil aqli maupun dalil naqli, selain itu nash yang kita dapatkan baik itu hadis maupun alquran tdk bisa diterima mentah – mentah,kita pun harus memeliki alat ukurnya,misalnya ayat alquran adalah istilah takhsis nash yg ada,nahu,dan mengerti bhs arab dengan benar dan lain sebagainya.bahkan sampai dengan asbabun nujulnya.begitu juga hadis kita harus mengetahui sanan dan matannya serta diriwayatkan oleh siapa.

    aaa

    February 14, 2012 at 21:39

  7. saya heran dengan mereka yang anti bid’ah, seolah2 merekalah yang paling benar, padahal sudah jelas dan nyata bahwa bid’ah itu selain yang dhalalah, ada juga yang hasanah. hal itu telah dicontohkan oleh sahabat terdekat Rasul (khulafaurrasyidin). bolehlah ada berpendapat, tapi jangan halangi orang lain tuk berpendapat pula sedangkan dalilnya jelas. janganlah merasa diri paling benar, karena itu suatu kesombongan. saudaraku… kita tidak tahu siapa yang akan Allah muliakan nanti diyaumul Jaza, apakah antum yang “anti bid’ah” atau kah siapa…? saudaraku… kami bukan musyrikin, kamiberpegang pada LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADURRAASUULULLAH, dengan segala maknanya… LA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAHI… walahu a’lam….

    ayi

    January 20, 2012 at 22:38

  8. saya heran dengan sikap mereka yang anti bid’ah,seolah2 merekalah yang paling benar… padahal sudah jelas, bahwa disamping yang sesat bid,ah juga ada yang hasanah, itu jelas dan telah dicontohkan oleh sahabat kulafaurrasyidin. jadi bolehlah anda berpendapat, tapi jangan memaksakan dan memojokkan pendapat orang lain yang berbeda dengan anda, karena hanya Allah yang tahu siapa diantara kita yang akan dimuliakanNya nanti diyaumul Jaza…

    ayi

    January 20, 2012 at 22:26

  9. Assalamualaikum Wrb,……

    Syiar islam pasca Rasulullah wafat memang byk sekali masalah 2 umat yg dapat menyebabkan perpecahan dikalangan umat islam itu sendiri,diantaranya : Tariqoh,tata cara beribadah & bersosialisasi sesama manusia,paham adat budaya ,tradisi yg berbeda,maupun masalah Bid’ah…….
    knp selalu bid’ah yg paling besar diributkan oleh orang2 yg anti paham “Bid’ah khasanah”…?
    umat nabi Muhammad adalah umat akhir zaman sampai hari kiamat tiba ,tdk ada nabi / ajarannya yg patut kita jd suri tauladan selain Rasulullah SAW…..dari tahun ke tahun smp abad ke abad hingga skrg zaman tekhnologi canggih yg mana semua yg berbau dunia.seperti kendaraan,pakaian,makanan,ilmu smp tekhnologi mengalami perkembangan dgn sendirinya.
    yg mau saya pertanyakan kpd antum yg anti Bid’ah semuannya apa anda pernah mempermasahkan,dg pakain,makanan,kendaraan ,kemajuan ilmi & teknologi sekarang yg anda gunakan maupun nikmati yg mana semuanya paktor penunjang untuk ibadah kpd Allah SWT ada di zaman Rasulullah SAW…..? apakah itu bukan bId’ah hasanah …? tolong anda yg memang hidup dizaman sekarang & tidak pernah mengalami kehidupan dizaman Rasulullah SAW….
    jd jangan pernah mengkafirkan saudara anda sesama muslim dgn dalil mereka menjalankan ajaran Bid’ah…! yg menurut anada sesat….! Kafir….! Musyrik….! secara anda sendiri tdk memiliki kemampuan sebagai khalifah untuk mensyiarkan Agama Allah apalagi mengislamkan orang 2kafir,kristen & yahudi……..?
    Rasul pun pernah berpesan sebelum beliau wafat bahwa umatku nanti akan terpecah menjadi +/- 72 golongan,dan 1 golongan yg akan selamat dunia & akhirat.siapa mereka….? yakni yg mengikuti ajaranku,sunahku,ahlilbait ( sahabat & keluarga rasul ).
    Marilah kita jadikan renungan untuk semua umat islam jgn menganggap islam anda,ajaran anda ,paham ibadah anda,iman anda serta amal ibadah anda yg paling benar dapat diterima oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW dimana akan membawa keselamatan hidup dunia & akhirat……
    Waalaikum sallam Wrb……

    Muhammad Hasan

    December 16, 2011 at 14:24

    • Assalamualaikum

      Buat saudara, saya ingin meluruskan, kalau Bid’ah itu berhubungan dgn agama bukan dgn Dunia (Teknologi, dll) krna Nabi SAW pernah bersabda: ” kamu lebih mengetahui urusan dunia mu ” Bagian akhir dari hadis yang dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2363 (Kitab al-Fadhail, Bab kewajipan mengikuti apa yang baginda sampaikan dalam urusan syari‘at, bukan apa yang baginda shallallahu ‘alaihi wasallam sebut dalam urusan dunia, di mana ia terpulang kepada pandangan sendiri). Jadi soal teknologi, transportasi, dll itu bkn termasuk kedalam Bid’ah (hal baru dalam agama).

      isal

      May 4, 2013 at 16:19

  10. Assalamu’alaikum…
    maaf sebelomnya, karena pengetahuan agama saya masih sedikit, jadi mau tanya2…
    1. arti bid’ah yang sebenarnya itu apa ya pak?setahu saya bid’ah itu perkara yang tidak ada jaman nabi/rosul dan itu haram.tpi saya bingung waktu ditanya, pembukuan al-quran itu pas jaman sohabat.apa itu bukan bid’ah juga?
    2. “Janganlah kalian bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha.”
    Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.
    —-apakah kalau menyengaja mengadakan perjalanan ke mushola dalam rangka mencari berkah dan keutamaan (karena di mushola bisa berjama’ah/dirumah sendiri) apa itu termasuk bid’ah?karena diartikel ini selain ke 3 masjid diatas adalah bid’ah.—
    3. “Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan pada hari-hari tertentu”.apakah saya boleh tahu dalilnya?
    kalau boleh tahu juga, dari kitab atau hadis yg mana tentang macam2 ziarah kubur.terutama syarat ziarah kubur sar’i yg ketiga : “Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang mengkhususkan”. seumpama dibalik,”boleh mengkhususkan karena tidak ada dalil yang melarang mengkhususkan” gmana itu?
    maaf klo panjang banget….maaf…
    wassalam

    kuncung

    July 19, 2011 at 01:08

  11. Assalamu`alaikum. Ana sangat tertarik dengan bahasan ” ziarah walisongo ( dengan segala cara ritual mereka)” sebagaimana tersebut di atas. Tertarik karena begitu gamblangnya, sehingga tidak ada yang perlu di perdebatkan kecuali oleh para pembela bid`ah saja dengan argumen-argumen yang selemah jaring laba-laba. Menariknya lagi di tempat kami para peserta di beri lembaran do`a yang berbahasa arab yang isinya juga meminta pada wali yang sudah mati agar jadi KURIR hajat mereka di hadapan Alloh, dengan lafadl yang menarik untuk membuai para peserta. lEBIH ANEH LAGI PARA PEMIMPIN ziarah ini adalah Para Kyai-kyai. Gimana Ustadz dengan hukum kyai yang seperti itu????????

    ali zuhri

    February 21, 2011 at 10:25

    • sahabtku yang saya cintai,,,,,,jangan kau sombongkan dirimu dengan melecehkan para kyai!!!!!!!apa dirimu lebih baik dari kyai????????jika anda merasa lebih baik berarti anda termasuk orang yang sombong….jadilah orang yang merasa rendah dihadapan orang lain dan jadikanlah anda orang yang yang termulya dihadapan Allah SWT.,,,
      orang yang anti tawasul berarti orang yang menyombongkan dirinya,,,,,,,,
      orang yang bertawasul bisa kita ibaratkan dengan orang yang mampunyai mata rabun kemudian bagaimana mata tidak rabun ia mengguanakan kacamata yang pada intinya bukan kacamatalah yang membuat kita bisa melihat akan tetapi matalah yang bisa melihat dengan perantara kacamata kita lebih mudah dan jelas untuk melihat..
      tak berbeda dengan tawasul,,,kita berziarah ke makam para wali bukan berarati kita meminta minta kepada wali”misalkan wali songo” yang sudah wafat.,.akan tetapi kita berziarah ke makam wali tuk tetap memohon doa kepada Allah dengan membawa sesuatu yang disukai Allah salah satu contohnya yaitu para waliyullah……

      Annaz

      September 14, 2012 at 20:27

  12. oh, jd menurut anda minta sesuatu kepada selain allh adalah syirik,..
    Kalau gt semua umat muslim trmasuk anda musyrik dong, cos semua orang pasti pernah minta tolong kepada orang lain,.. Seperti orang sakit mnta tlong kpd dokter, anak minta uang kpd ortunya.. Kan Semuanxa itu minta kpada slain allh.. Akh aneh ah pemahaman mu,..

    @ hehe..ente yang aneh bung, baca yang ini :
    Apakah larangan meminta tolong kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, memang mutlak atau perlu dirinci?

    Jawabannya perlu dirinci:
     Bila meminta tolong kepada selain Allah dalam perkara di mana tidak ada yang bisa melakukannya melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka meminta tolong kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam masalah ini adalah syirik.

     Bila dalam perkara yang manusia itu sanggup untuk melakukannya maka hukumnya perlu juga untuk dirinci:
    – bila dalam perkara yang baik, hal itu diperbolehkan sebagaimana dalil di atas.
    – bila dalam perkara yang jahat, hal itu diharamkan. (Syarah Tsalatsatil Ushul, Ibnu ‘Utsaimin hal. 58)

    selengkapnya nyoh.. : https://kaahil.wordpress.com/2010/05/22/hukum-meminta-bantuan-jin-bolehkah-menggunakan-jin-ketika-meruqyah/

    al ghozali

    September 20, 2010 at 11:07

    • memahami Alquran dan hadis ga bisa kita cuma mengandalkan pemikiran kita sendiri, kita juga perlu perlu bimbingan oleh orang yang benar=-benar tau tentang ilmu agama di samping itu kita perlu juga belajar kita-kitab karangan imam imam besar terdahulu yang tidak diragukan kepintarannya. karena siapa yang belajar tanpa bimbingan oleh guru, maka setan gurunya.

      Fitriyadie

      February 4, 2011 at 21:23


Bagaimana menurut Anda?