طبيب الطب النبوي Dokter Pengobatan Nabawi

Islam, Hukum, Sholat, Tatacara

UNDHUR MAA QOOLA WALAA TANDHUR MAN QOOLA: Ternyata Ucapan “Jangan Lihat Siapa Yang Bicara, Tapi Lihat Apa Yang Dibicarakan!” Bukanlah Firman Allah, Sabda Rasulullah ataupun Kaidah Ushul Fiqh

with 13 comments


Lihatlah Siapa yang Berbicara!

Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsary

Pertanyaan:

Assalaamu’alaikum, ada sekelompok orang yang mengatakan “jangan lihat siapa yang bicara, tapi lihat apa yang dibicarakan!” Apa ini benar? (081586190***)

Jawaban:

Wa’alaikumussalaam warahmatullaah.

Ucapan: “Jangan lihat siapa yang bicara, tapi lihat apa yang dibicarakan!” ini bukanlah firman Allah, sabda Rasulullah ataupun kaidah ushul fiqh, sehingga kita tidak usah dipusingkan dengan ucapan tersebut.

Ucapan tadi sengaja dipopulerkan oleh orang-orang yang bermanhaj di sana senang di sini senang, sehingga mereka mengambil ilmu atau belajar dari siapa saja karena berpegang dengan ucapan tadi.

Bahkan yang benar adalah kita mengambil ilmu dari orang yang lurus manhajnya yaitu dari ahlus sunnah wal jama’ah bukan dari sembarang orang apalagi dari ahli bid’ah.

Al-Imam Ibnu Sirin mengatakan:

إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaklah kalian melihat dari siapa kalian mengambil agama kalian.” (Muqaddimah Shahiih Muslim)

Beliau juga mengatakan: “Mereka (para shahabat dan tabi’in) pada awalnya tidaklah menanyakan tentang sanad hadits. Maka ketika terjadi fitnah (munculnya berbagai firqah sesat seperti Khawarij, Syi’ah-Rafidhah dan lainnya), mereka berkata: “Sebutkan kepada kami sanad kalian. Maka dilihat apabila datang dari ahlus sunnah maka diterima haditsnya dan apabila datang dari ahli bid’ah maka ditolak haditsnya.” (Ibid.)

Memang, kita tidak memungkiri bahwa bisa jadi setiap orang termasuk ahli bid’ah mengatakan sesuatu yang benar. Akan tetapi apakah kita menjamin bahwa mereka tidak mencampurinya dengan kebathilan? Atau mereka menyampaikannya tetapi dengan tafsiran yang salah? Atau apakah kita dapat memilah mana yang benar dan mana yang salah?

Ketika mereka menyampaikan ayat, hadits atapun ucapan para ulama, mereka ubah lafazhnya atau diselewengkan tafsirnya sesuai dengan hawa nafsu mereka?

Ketika datang ahli bid’ah kepada seorang ulama salaf, ingin menyampaikan satu kalimat atau satu ayat, maka ulama tadi mengatakan: “Tidak, walaupun setengah kata (saya tidak akan mendengarkannya).” Dan ketika ditanya: “Mengapa engkau tidak mau mendengarkan ayat yang akan dibacakannya?” Maka sang ulamapun menjawab: “Saya takut kalau dia membaca satu ayat lalu dia ubah lafazhnya dan hal ini menancap di hatiku sehingga akupun menjadi sesat karenanya.”

Tidakkah kita takut terjatuh dalam kesalahan dan penyimpangan akibat mengambil ilmu dari siapa saja? Hendaklah kita lebih berhati-hati dan waspada dalam mengambil ilmu karena ilmu ini adalah agama yang akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah di hari kiamat nanti.

Di samping itu, kalau kita mengambil ilmu dari ahli bid’ah maka hati kita akan condong kepadanya sehingga mentolerir kesalahan dan penyimpangannya yang akhirnya lambat laun kita mengikutinya secara sempurna, yang pada awalnya kita hanya ingin mengambil kebaikannya saja, nas`alullaahas salaamah.

Apakah ahlus sunnah tidak memiliki kebaikan atau kurang kebaikannya sehingga kita harus mengambil ilmu dari ahli bid’ah?

Bukankah masih banyak ahlus sunnah yang mendakwahkan Islam berdasarkan pemahaman salafush shalih? Berhati-hatilah dalam mengambil ilmu, mudah-mudahan Allah menunjukki kita semua kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Wallaahul Muwaffiq.

Sumber : Buletin Al-Wala’ Wal-Baro’ Edisi ke-23 Tahun ke-3 / 06 Mei 2005 M / 27 Rabi’ul Awwal 1426 H

13 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. […] Seperti biasa, senjata pamungkas salafy gadungan ini adalah melempar syubhat (kalimat bersayap) yaitu kalimat-kalimat yang hak, akan tetapi yang dimaukan dengannya adalah kebatilan. Kalimat-kalimat tersebut seperti: انْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ […]

  2. […] Seperti biasa, senjata pamungkas salafy gadungan ini adalah melempar syubhat (kalimat bersayap) yaitu kalimat-kalimat yang hak, akan tetapi yang dimaukan dengannya adalah kebatilan. Kalimat-kalimat tersebut seperti: انْظُرْ مَا قَالَ وَلاَ تَنْظُرْ مَنْ قَالَ […]

  3. kata-kata Saidina Ali r.a. yang berbunyi:
    Janganlah melihat kepada siapa yang berkata, lihatlah kepada apa yang dikatakan.
    “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Surah al Maidah: 8]
    Saidina Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata:
    “Janganlah mengenal kebenaran itu berdasarkan individu-individu tertentu. Kenalilah kebenaran itu nescaya engkau akan mengenal pemiliknya.”
    Ibn Mas’ud r.a. pernah berkata:-
    “Barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebenaran maka terimalah kebenaran itu darinya, meskipun ia adalah orang yang jauh dan dibenci. Dan barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebathilan maka tolaklah, meskipun ia adalah orang yang dicintai dan dekat.”

    kalo menurut ane ilmu itu khn dtgnya dari Allah,jd mkhluk plg brhak tu khn qt umat muslim.jd gk masalah donk wlw prantaranya siapa z..include ahli bid’ah/kafir sekalipun..but bukan ilmu agama lho ya?dan itulah pntingya agama buat nyaring ilmu yg bner2 di tujukan untuk kita.

    tm

    September 30, 2011 at 23:49

  4. […] sumber artikel […]

  5. kata-kata Saidina Ali r.a. yang berbunyi:
    Janganlah melihat kepada siapa yang berkata, lihatlah kepada apa yang dikatakan.

    “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Surah al Maidah: 8]

    Saidina Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata:
    “Janganlah mengenal kebenaran itu berdasarkan individu-individu tertentu. Kenalilah kebenaran itu nescaya engkau akan mengenal pemiliknya.”

    Ibn Mas’ud r.a. pernah berkata:-
    “Barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebenaran maka terimalah kebenaran itu darinya, meskipun ia adalah orang yang jauh dan dibenci. Dan barangsiapa yang datang kepadamu dengan kebathilan maka tolaklah, meskipun ia adalah orang yang dicintai dan dekat.”

    Mehemmed El-Zuehuriye

    January 26, 2011 at 10:59

  6. […] Sumber : https://kaahil.wordpress.com/2010/08/31/undhur-maa-qoola-walaa-tandhur-man-qoola-ternyata-ucapan-jang… […]

  7. Baru tau… Izin share ya… Baarakallahu fiik…

    Shofiyah Qolbu

    September 13, 2010 at 00:33

  8. Bismillah.

    Izin Repost dokter..

    Jazakallahu Khoiron.

    ahlussunnahunpad

    September 8, 2010 at 15:36

  9. ijin copas, dokter
    barakallahu fik

    Abu Faris

    September 1, 2010 at 14:30

  10. mumtaaz

    irham bachtyar

    August 31, 2010 at 11:17

  11. Subhanalloh, baru tahu kalau kata2 populer tersebut bukan Alquran, Hadist ataupun perkataan Sahabat &Ulama Salaf. Ijin Copas & share. Jazaakumulloh khoir.

    @ tafaddholu, silahkan disebarkan.
    Baarokallaahu fiikum.

    Abdullah Fakir

    August 31, 2010 at 06:53

  12. […] This post was mentioned on Twitter by ummu hasan, dr. Abu Hana. dr. Abu Hana said: UNDHUR MAA QOOLA WALAA TANDHUR MAN QOOLA: Ternyata Ucapan “Jangan Lihat Siapa Yang Bicara, Tapi Lihat Apa Yang Dib… http://bit.ly/9StAbE […]


Bagaimana menurut Anda?